Sebagai pengguna aktif media sosial, berasa ga sih kalo satu bulan terakhir
ini timeline medsos man-teman
khususnya Facebook, dipenuhi oleh
berita ramai seputar perhelatan nasional.
Ya, ajang Pemilu untuk Pilpres
(Pemilihan Calon Presiden) dan Pileg (Pemilihan Anggota Legislatif) yang
dilaksanakan pada pertengahan April lalu, memang sedang dan sepertinya masih menjadi
topik hangat yang dibicarakan oleh setiap orang khususnya di linimasa medsos.
Banyak sekali
komentar-komentar yang muncul tentang event pemilu dan pasca pemilu kemarin,
mulai dari komentar positif hingga komentar negatif. Imbasnya muncul berbagai macam polemik yang cenderung
meresahkan masyarakat. Dalam hal ini media sosial memang mempunyai peranan
yang sangat besar di dalam menggiring opini. Yekan?
Jujur saya
sendiri merasa cukup terganggu dengan berita-berita seputar politik yang ada di
media massa. Capek ngikutinnya. Ini yang bener yang mana ya? hehe. Dan saya pun
memutuskan untuk #matikantv aja dulu dan meng-unfollow akun medsos milik beberapa orang teman yang isi
postingannya menurut saya cukup sensitif.
Disadari atau tidak medsos memiliki
dua mata sisi, bisa mempersatukan masyarakat atau bahkan melemahkan masyarakat
melalui konten-konten negatif. Berkaitan
dengan hal tersebut Kemenko PMK (Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan) bekerjasama dengan beberapa lembaga mengambil inisiatif.
Mengajak rekan-rekan para penggiat media sosial seperti netizen (admin medsos),
Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), blogger, youtuber, duta
budaya Jawa Barat, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), dan komunitas lainnya untuk
berpartisipasi dalam sebuah acara Gathering
bertema Positif Bermedia Sosial.
Gathering Positif Bermedia Sosial Di Hotel De Paviljoen, Bandung
Acara
gathering Positif Bermedia Sosial diadakan di beberapa kota besar di Indonesia.
Setelah Jakarta dan Surabaya, Bandung menjadi kota ketiga yang dipilih untuk
melaksanakan acara tersebut.
Dengan pertimbangan jumlah pengguna medsos aktif
di Jawa Barat mencapai hampir 17 juta orang dan berasal dari berbagai macam
kalangan. Selain itu Bandung juga merupakan kota yang sudah mengadopsi
penggunaan teknologi digital dan teknologi informasi di dalam upaya pelayanan
kepada masyarakat.
Berlokasi di
hotel De Paviljoen jalan LL RE Martadinata no 68 Bandung, acara gathering Positif
Bermedia Sosial dilaksanakan pada hari Rabu, 24 April 2019 dan melibatkan sekitar
100 orang milenial yang berkecimpung dalam media sosial dan aktif berkomunikasi
dengan menyebarkan konten-konten positif.
Tiba di
lokasi sekitar pukul 08.15 saya langsung menuju ke meja registrasi yang rupanya
sudah dipenuhi oleh para peserta. Seru yaa bisa kumpul bareng mereka,
yang sebagian besar adalah anak muda. Hari itu saya jadi ikutan berasa muda lagi
nih haha.
Setelah antri beberapa saat dan mengisi
daftar hadir, saya pun mendapatkan sebuah tas goodie bag beserta satu buah kaos jersey berwarna biru muda yang
harus semua peserta kenakan. Kaos dengan gambar gedung sate, salah satu gedung
bersejarah kebanggaan warga Bandung yang juga merupakan kantor gubernur Jawa
Barat.
Salah satu isi goodie bag : 3 buah sedotan stainless beserta sikat pembersihnya. yeay salah satu bentuk perubahan ke arah positif #letsgogreen #ayoberubahJABAR |
Sekitar pukul
09.00 wib acara pun dimulai. Dibuka secara resmi oleh sekretaris Daerah
provinsi Jawa Barat yaitu bapak Iwa Karniwa. Dalam sambutannya beliau
menyampaikan bahwa semoga generasi muda bisa turut serta proaktif dan konsisten
dalam menyebarkan konten-konten positif yang membangun melalui media sosial.
Yang
mudah-mudahan dapat mengurangi suburnya penyebaran berita bohong (hoax). Karena
musuh terbesar kita hari ini di era digital adalah mereka yang memproduksi hoax
dan meresahkan masyarakat. Noted !
Bapak Iwa Karniwa, sekretaris daerah provinsi Jawa Barat membuka acara Gathering Positif Bermedia sosial (mewakili bapak Gubernur Ridwan Kamil yang berhalangan hadir) |
Dan berkaitan
dengan hal tersebut, Jawa Barat telah menghadirkan Jabar Saber Hoaks yaitu
sebuah lembaga yang diharapkan dapat menjawab keresahan masyarakat di era
digital terhadap maraknya penyebaran berita bohong yang meresahkan.
Sebagai
pengantar mengawali acara gathering, Bapak Nyoman Shuida, selaku deputi Kebudayaan
Kemenko PMK pun menyampaikan bahwa pemerintah yakin para milenial di Jawa Barat
bisa menjadi agen-agen yang bisa menularkan cara berkomunikasi yang lebih baik
dan bisa menyuarakan nilai-nilai revolusi mental yang sesuai dengan Pancasila.
Bapak Nyoman Shuida, deputi kebudayaan Kemenko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) |
Gathering Positif Bermedia Sosial di Hotel De Paviljoen, Bandung, 24 April 2019
Gerakan Nasional Revolusi Mental Melalui Penggunaan Media Sosial Yang Baik
Selanjutnya
para peserta mendapatkan pemahaman tentang substansi aksi nyata revolusi mental
dari Bapak Rumadi Ahmad selaku perwakilan dari Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental. Beliau menyampaikan tentang kondisi bangsa kita saat ini, salah satunya mengulas
tentang karakter manusia Indonesia yang berkarakter lemah, hipokrit alias munafik,
segan dan enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, artistik dan masih percaya
pada takhayul.
Nah lho, setuju ga nih dengan semua poin-poin barusan. #ayoberubahJABAR
Berkaitan
dengan hal tersebut presiden RI yang pertama, yaitu Soekarno pernah berpidato
tentang revolusi mental bahwa revolusi mental merupakan satu gerakan untuk
menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih,
berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang
menyala-nyala.
Dan ajakan
untuk melakukan revolusi mental kembali digaungkan oleh presiden RI saat ini
yaitu Joko widodo bahwa kita perlu melakukan revolusi mental untuk memperkokoh
kedaulatan, meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa.
Gerakan nasional Revolusi mental adalah gerakan ke arah yang lebih baik yaitu perubahan cara pandang, pola pikir, sikap-sikap, nilai-nilai dan perilaku bangsa Indonesia untuk lebih baik lagi.
3 Nilai yang Terdapat dalam Gerakan Revolusi Mental, antara lain :
- Integritas : Jujur, dapat dipercaya dan bertanggung jawab
- Etos kerja : Tidak mudah menyerah, optimis dan inovatif
- Gotong royong : Gotong royong sangatlah penting karena dengan gotong royong suatu pekerjaan yang tadinya berat pasti akan terasa lebih mudah dan cepat selesai.
Dan tujuan
dari diadakannya acara gathering ini adalah untuk mengimplementasikan secara
langsung nilai-nilai yang ada di dalam program Gerakan Nasional Revolusi Mental
dalam hal ini melalui penggunaan media sosial yang baik.
Kika : Abah Janur (KIM), Alfianto (Jabar Saber Hoaks), Rumadi Ahmad (Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental), Valdryno (Facebook Indonesia), Kang Irsan (RTIK) Jabar |
Praktik Positif Bermedia Sosial oleh Jabar Saber Hoaks dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
Selain itu
hadir pula beberapa orang nara sumber lainnya yang berasal dari beberapa
komunitas yang bergerak di bidang media social seperti Jabar Saber Hoaks dan Kelompok
Informasi Masyarakat (KIM).
Dan juga hadir sosok muda Valdryno selaku
perwakilan dari Facebook Indonesia, yang memaparkan tentang konten-konten
positif yang dapat menjadi viral di sosmed seperti Facebook. Wah menarik nih.
Apalagi
Facebook merupakan salah satu akun medsos yang paling digemari saat ini. Tapi
ulasan tentang konten-konten positif yang dapat menjadi viral di sosmed seperti
Facebook tersebut akan saya ulas di postingan berikutnya ya.
Dan yang ga
kalah menarik, ada beberapa fakta tentang
praktik penggunaan medsos dan tentang Hoaks yang disampaikan oleh Jabar Saber
Hoaks dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM). Medsos dan Hoaks memang sangat
berkaitan erat. Fakta tersebut antara lain :
- Pengguna medsos terus meningkat. 143 juta pengguna internet berasal dari Indonesia (data tahun 2017). Dan sekitar 24 juta orang berasal dari Jawa Barat.
- Sebanyak 43,89% orang menggunakan internet selama 1-3 jam
- Sebanyak 86% orang menggunakan aplikasi chating dan berinteraksi melalui medsos.
- Sebanyak 35,2% orang mengakses media sosial sebagai sumber informasi
- Sumber info berisi hoax yang paling sering diterima, 62,10% berasal dari tulisan, 37,50% berasal dari gambar dan 0,40% berasal dari video.
Field Visit Ke Museum Gedung Sate
Setelah acara
makan siang (ishoma) selesai, sekitar pukul 14.00 siang semua peserta diajak
untuk melakukan field visit ke museum
Gedung Sate. Jarak dari hotel de Paviljoen ke Gedung Sate memang tidak terlalu
jauh hanya sekitar 500 m saja.
Kami pun berangkat menuju ke museum gedung sate
dengan berjalan kaki. Menyusuri jalan Cimanuk kemudian belok ke arah jalan
Cimandiri. 5 menit kemudian kami pun tiba di museum gedung sate. Museum gedung
sate berlokasi di area kanan belakang gedung sate.
Dan ini adalah pengalaman
pertama saya berkunjung ke museum gedung sate. Setelah sejak dari kapan pengen
kesana kok ga kesampean terus hehe.
Jujur saya adalah orang cukup tertarik untuk berkunjung ke museum, dengan catatan selama museum tersebut tidak berkesan gelap dan tidak berkesan angker ya hihi. Soalnya sebagian besar orang memang masih menganggap museum sebagai bangunan yang identik dengan sesuatu yang jadul dan membosankan.
Padahal museum adalah
salah satu sarana untuk mengingat sejarah bangsa. Seperti halnya museum gedung
sate ini. Dengan berkunjung ke museum gedung sate sedikit banyak saya jadi tau
tentang asal muasal didirikannya gedung sate tersebut beserta cerita sejarah
yang melekat didalamnya.
FYI museum
gedung sate resmi dibuka pada Desember 2018 dan merupakan museum pertama di
Jawa Barat yang memanfaatkan high technology
untuk mengenalkan kekayaan budaya Jawa Barat dan mendorong ekonomi kreatif
dengan pemanfaatan kopi lokal.
Dan yang menyenangkan, saya bersama teman-teman berkesempatan untuk naik ke area rooftop gedung sate. Itu lho area paling atas dari gedung sate tempat si 6 bulatan yang mirip sate dan jadi perhatian banyak orang. Padahal sebenarnya itu bukan sate. Melainkan bentuknya lebih menyerupai jambu air. (berdasarkan penjelasan bapak Guide yang saya lupa lagi namanya).
Dan 6 bulatan
tersebut melambangkan nominal biaya yang digunakan untuk membangun gedung sate
tersebut. yaitu sebanyak 6 juta gulden atau kalo dirupiahkan bisa mencapai
kira-kira 45 milyar rupiah. Ga heran bangunan gedung sate masih berdiri kokoh
sampai sekarang. Gedung sate sendiri dibangun pada tahun 1920 diatas lahan
seluas 27 hektar.
Oya Kalo
man-teman ingin berkunjung juga ke museum gedung sate, caranya sangat mudah
man-teman bisa melakukan reservasi online via situs remi gedung sate, pilih
jadwal kunjungan yang diinginkan dan jangan lupa isi data diri atau data
instansi asal teman-teman, setelah itu kita akan mendapatkan tiket voucher
sebagai bukti reservasi lewat email.
Untuk biaya masuk ke museum gedung sate dikenakan biaya Rp 5000/orang. Sangat terjangkau bukan? |
Peran Milenial Sebagai Powerful Generation
Setelah
mengunjungi museum gedung sate banyak sekali hal-hal menarik yang bisa kita lihat
dan bisa kita bagikan melalui konten-konten positif. Saat ini kita memang
membutuhkan Powerful Generation yaitu
sosok-sosok milenial yang mampu menginspirasi rekan-rekannya untuk memanfaatkan
teknologi secara lebih positif.
Dan generasi tersebut harus mempunyai purpose alias tujuan yang baik dengan
membuat konten positif yang lebih banyak lagi. Selain itu dukungan dari para
orangtua pun ga kalah pentingnya. Orangtua juga harus ikut serta menjadi bagian
dari pertumbuhan milenial mereka dengan cara memiliki pemahaman yang cukup.
So, ingat selalu untuk saring sebelum sharing dan Think Before You Post !
2 Comments
Yang penting, hati-hati saat posting atau forward, ya. Apalagi menjelang puasa, jangan sampai malah jari yang membatalkan puasa.
ReplyDeleteSudah seharusnya kita sebagai pengguna harus sudah sewajarnya patuh pada peraturan di media sosial. Tanks Mba
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya :)
Untuk menghindari Spam yang masuk, komentarnya saya moderasi dulu ya. .