Waktu jaman masih sekolah dulu, mengoleksi benda adalah sebuah hal yang menyenangkan. Semacam hobi gitu kali ya. Dulu waktu jaman saya masih SD (sekolah dasar) saya pernah mengoleksi beberapa macam benda seperti kertas surat dan penghapus karet.
Pada jamannya kertas surat dan karet penghapus yang lucu-lucu dan wangi itu memang
pernah hits. Dan saya pun sempat mengoleksinya selama beberapa tahun. Kalo yang
seangkatan sama saya pasti pernah ngalamin juga deh kayaknya hehe.
Dan setelah
dipikir-pikir kegiatan mengoleksi barang ini cukup ‘aneh’ menurut saya. Karena benda-benda
tersebut hanya dikumpulkan saja dan bukan untuk dipakai. Dikumpulkan dan
dipajang atau dikumpulkan dan kemudian saling tukar sama teman. Kayak tuker
koleksi perangko gitu deh. Dan iya saya juga dulu sempat mengoleksi perangko
(filatelis).
Mengoleksi Barang..Yay Or Nay?
Untuk sebagian
orang kegiatan mengoleksi barang merupakan sebuah bagian dari kebanggaan atau
hobi. Dulu pun saya merasa demikian. Namun beberapa waktu terakhir ini sudut
pandang saya sedikit berubah. Menurut saya kegiatan mengoleksi barang itu
sebenarnya ga penting alias mubazir..*IMHO
Sudut pandang
saya tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengalaman ketika
kesulitan untuk menaruh benda-benda koleksi, keteteran untuk merawat
benda-benda tersebut serta faktor bertambahnya wawasan.
Dan wawasan saya
menjadi bertambah setelah saya membaca sebuah buku yang berjudul The Life Changing Magic Of Tidying Up ( seni beres-beres dan metode merapikan ala Jepang) karangan seorang wanita asal Negeri Sakura yang bernama Marie
Kondo.
Di dalam buku
tersebut diulas bahwa untuk menciptakan sebuah hunian yang nyaman milikilah
benda-benda yang memang benar-benar kita butuhkan saja. Supaya kita
bisa ‘bernapas’ dan bisa lebih menikmati hidup tanpa harus ‘terbebani’ oleh
barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Saya
setuju banget dengan pernyataan tersebut. mengoleksi barang lebih kepada untuk
memuaskan ego alias keinginan saja. Padahal sebenernya kita ga butuh.
Cung siapa yang pernah mengoleksi berbagai macam peralatan dapur seperti piring, gelas hias, cangkir, wadah untuk
menyimpan makanan atau benda lainnya? Yang kesemuanya menumpuk di lemari dan nyatanya kita sendiri
hampir jarang menggunakannya.
Bahkan beberapa ada yang hanya dikeluarkan dari dalam
lemari dan dipakai untuk menjamu tamu di saat hari raya saja. Wow. Setahun sekali
dong. Dan selebihnya benda-benda tersebut dibiarkan hanya menjadi pajangan di dalam
lemari. Sayang banget khan.
Kadang kita suka ga sadar membeli barang yang sebenarnya sudah kita miliki. Hingga barang tersebut menumpuk di rumah.
Miliki Barang Sesuai Kebutuhan dan Gunakan Barang Yang Benar- Benar Kamu Suka
Setelah membaca
buku tentang seni beberes tersebut saya pun mengambil kesimpulan dan kemudian memutuskan untuk hanya
membeli dan memiliki barang-barang yang saya butuhkan saja. Dan hanya
menggunakan barang-barang yang benar-benar saya sukai.
Contoh : saya
tidak akan membeli berbagai jenis piring hanya karena saya belum memiliki
piring dengan motif bunga, motif daun atau motif lainnya. Saya sudah merasa 'cukup' dengan piring yang saya miliki
di rumah, yang berjumlah satu lusin itu.
Enam buah piring yang biasa saya gunakan setiap
hari untuk makan. Dan enam buah piring saji untuk menyajikan makanan atau kue. Piring-piring yang saya gunakan tersebut adalah piring terbaik
yang pernah saya miliki. Piring yang ketika saya menggunakannya saya merasa
senang dan bahagia.
Karena biasanya
kebanyakan orang menyimpan barang-barang terbaik mereka dan hanya digunakan di
waktu-waktu istimewa saja seperti acara syukuran atau acara hari raya.
Dan saya merasa
sangat bahagia ketika di pagi hari saya menikmati secangkir teh hangat
menggunakan cangkir kesayangan milik saya. Cangkir berwarna putih dengan motif
klasik. Yang sengaja saya beli hanya 1 pasang. Untuk saya pakai sendiri. Egois ya haha.
So saat ini
saya tidak memiliki koleksi apapun. Saya berusaha untuk hanya memiliki satu jenis barang sesuai kebutuhan. Dan saat ini saya lagi berusaha untuk
bisa ‘mengurangi’ dan memilah barang-barang apa saja yang sebenarnya tidak saya
butuhkan. Menyortir barang-barang, memasukannya ke dalam wadah/kardus dan mengalokasikannya pada orang lain yang lebih membutuhkan.
Kegiatan diet
mengoleksi barang ini berlaku untuk semua jenis barang yang ada di rumah. Tidak
hanya untuk peralatan dapur yang saya sebutkan tadi.
Tapi berlaku juga untuk
pakaian, alat tulis (termasuk buku dan semua bahan bacaan) serta benda-benda
sentimental yang memiliki kenangan khusus yang masih sulit saya lepaskan. Seperti souvenir yang saya beli saat berwisata ataupun barang pemberian mantan #eh 😁
Good bye to
mengoleksi barang.
14 Comments
Dulu mah sebelum nikah barang koleksi saya banyak teh haha dari perintilan sampe barang gede banyak, eh skr pas nikah barnag koleksi saya mah kebanyakan tupperware wkwkwk sama botol minum anak
ReplyDeleteYeeh, manta dibawa2, hihi... aku mah tim yay, semua bukti numpuk nih di rumah wkwkwkwk
ReplyDeleteSetuju saya juga ingin hidup minimalis bahkan zero waste, alhamdulillah makin banyak temen nih
ReplyDeleteKayaknya aku juga perlu nih mengoleksi barang. Kadang malah jadi numpuk karena jarang dipakai.
ReplyDeleteTapi hasrat untuk belanja selalu ada ya teh saat liat2 barang di IG atau lagi jalan2 ke mall :D
Iya, dulu jg saya waktu sd suka koleksi perangko, dll... Skrg udah lama ga punya koleksi apa2 hihihi...
ReplyDeleteselamat, teh...
ReplyDeleteaku pun sedang dalam proses decluttering. Yang udah selesai adalah milah-milah baju dan memang bikin cucian lebih sedikit terus gak perlu bingung lagi mau pake baju apa waktu mau kerja :D
Ima juga suka koleksi barang, apalagi mug & katalog2 seni rupa. Lama2 mulai berani menyingkirkan beberapa barang yang memang engga dibutuhin.
ReplyDeleteAbis baca ini, jadi pengen beberes lagi. Hihiiii...
Wkwkkw...masih ada gitu pemberian mantan, teh?
ReplyDeleteHehhe...kalo mantan jadi suami siih...ga papa. Tapi kalo yang engga, dududu...((kata blackpink))
Aku koleksi teh...bukan pernak-pernik pecah belah..tapi buku.
Alhamdulillah,
Kalau sudah dibaca dan ga akan re-read, aku hibahkan ke perpustakaan Jalan Seram (dispusip).
Semoga makin bermanfaat.
Ehehehhehw.... kudu nih susah tapi. Buat properti foto juga kan teh? Hahaha ngelesnya gitu.
ReplyDeleteHamdallah pemberian-pemberian mantan mah udah aku jual di website preloved ahaha! Aku masih punya koleksi perangko teh turunan dari Ibuku sih, bukan aku juga yang ngumpulin. Bukan nggak mungkin suatu hari nanti bakalan langka dan berharga, bisa aku wariskan juga ke anak cucu nanti :D
ReplyDeletewaah diet koleksi barang ya, bagus juga idenya. tapi kayanya aku kok susah ya tipe yang baperan sama barang akutu...
ReplyDeleteDulu iya, sekarang no hehe
ReplyDeleteJadi keingatan beberes ala Marie Kondo yang hapening itu. Saya masih suka koleksi barang. Suka bingung apa yang mesti dibuang :(
ReplyDeleteAku sih, yay. Masih sangat suka mengoleksi buku hehe. Tapi harus dibaca sih.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya :)
Untuk menghindari Spam yang masuk, komentarnya saya moderasi dulu ya. .