Semarang
adalah ibu kota provinsi Jawa Tengah yang berjarak sekitar 450 km dari kota Bandung. Dan minggu lalu saya melakukan perjalanan darat menuju Semarang menggunakan bis yang membutuhkan waktu sekitar sekitar 8 jam-an untuk tiba di kota Semarang.
Jujur,
saya baru pertama kali mengunjungi kota Semarang. Kesan pertama tiba di Semarang, lalu lintas nya cukup tertib dan tidak terlalu ramai akan tetapi udara di siang hari lumayan panas ya apabila dibandingkan dengan cuaca di kota Bandung yang relatif lebih sejuk.
Tapi ga mengapa, yang penting di Semarang banyak jajanan kuliner menarik :)
Saya pun sempat mengunjungi beberapa
tempat kuliner yang menyajikan makanan khas Semarang. Makanannya enak-enak
lho..sampai-sampai setiba di Bandung, berat badan saya sedikit bertambah
gara-gara makan enak terus haha.
Jalan-jalan ke Semawis
Hari
pertama setelah tiba di penginapan dan beristirahat sebentar, saya diajak oleh
teman sekamar untuk lanjut jalan-jalan ke sebuah daerah pecinan di kota Semarang
yang bernama Semawis.
Sepertinya
kalo di Bandung, Semawis itu mirip dengan kawasan Cibadak (kawasan pecinan di Bandung).
Nah berdasarkan informasi, setiap akhir pekan mulai hari Jumat malam,
Sabtu malam dan Minggu malam, di kawasan Semawis ini banyak sekali pedagang dengan jajanan kuliner yang
khas dan menarik.
Maka kami pun memanfaatkan waktu di minggu malam untuk datang berkunjung ke daerah
Semawis tersebut.
Berfoto di gerbang kawasan Semawis, Semarang |
Karena
bertiga, kami pun memutuskan untuk menggunakan angkutan taksi untuk menuju
Semawis.
Ternyata jarak dari hotel tempat kami menginap ke Semawis hanya
membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja.
Kami pun beruntung, karena hari minggu
malam itu, kawasan Semawis masih buka dan ramai oleh berbagai macam pedagang
jajanan kuliner khas Semarang.
Es Cong Lik
Di
Semawis banyak sekali ragam jajanan yang dipasarkan, mulai dari makanan berat,
makanan ringan, hingga dessert seperti es krim.
Malam itu cuaca di kota
Semarang lumayan gerah, sehingga ketika teman saya mengajak untuk mencicipi jajanan es khas Semarang yaitu es Cong Lik, saya pun langsung meng-iya-kan.
Es
Cong Lik ini adalah sebutan untuk es puter yang sudah melegenda di Semarang. Jadi ceritanya, nama es
Cong Lik ini merupakan sebuah singkatan dari kata Kacong dan Cilik , Kacong =
pembantu dan Lik = cilik.
Jadi alkisah, es Cong Lik ini pertama kali diciptakan
oleh seseorang yang bernama Sukimin.
Waktu itu (selepas jaman penjajahan di Semarang), Sukimin bekerja
sebagai pembantu pada seorang pedagang es puter.
Sukimin pun berfikir bahwa suatu
hari dia harus mandiri supaya bisa berjualan es puter sendiri dan tidak menjadi
kacung terus.
Hingga akhirnya Sukimin pun berhasil dan es Cong Lik pun menjadi terkenal di kota
Semarang sampai sekarang.
Es
Cong Lik merupakan salah satu makanan khas di Semarang dan wajib untuk dicoba, tekstur es nya sangat lembut, berbeda dengan es puter lain yang sebelumnya pernah saya
cicipi, rasa sirupnya pun khas ditambah dengan topping kelapa dan rasa buah-buahan.
Es Cong Lik ini
memiliki beberapa varian rasa seperti sirsak, coklat, kelengkeng, blewah dan
bahkan durian. Satu porsinya dihargai sekitar 15ribu rupiah.
Es Cong Lik..es puter yang lembut | photo source :hp4jateng.wordpress.com |
Supaya
ga penasaran kami mencoba beberapa varian rasa yang digabung dalam satu wadah
dan kami menyantap es Cong Lik tersebut rame-rame alias satu mangkuk bertiga
hehe.
Dengan alasan kami baru saja makan, perut masih terasa penuh dan
tentunya kami masih ingin mencicipi jajanan khas lainnya yang ada di Semawis :)
Jamu Kuno Khas Semarang Jamu Jun
Selain
es Cong Lik, salah satu jajanan khas semarang yang menarik perhatian saya
adalah jamu kuno yang bernama Jamu Jun.
Entah kenapa waktu itu saya tidak
bertanya banyak soal sejarah si jamu Jun ini pada si ibu penjual jamunya.
Yang
pasti secara tampilan, minuman jamu Jun ini mirip bubur kacang hijau dalam
versi cair tanpa ampas.
Jamu tersebut disimpan dalam wadah berbentuk kendi dan
centongnya mirip centong penjual minuman bajigur kalo di Bandung.
Jamu Jun dengan taburan merica bubuk : photo source: blog.unnes.ac.id |
Jamu Jun terbuat dari campuran air, tepung beras, tepung ketan ,santan, gula, daun pandan dan rempah-rempah yang konon terdiri dari 18 macam rempah :), yang diantaranya terdiri dari jahe, serai, merica dan kayu manis.
Walaupun sudah jarang ditemui, jamu Jun juga biasa dijual oleh penjual keliling | photo source : oyinayashi.blogspot.com |
Pertama
mencicipi jamu Jun, rasa hangat langsung mengaliri tenggorokan, rasanya manis
dan lembut. Dan yang istimewa, jamu Jun ini di beri taburan bubuk merica yang
memberi tambahan rasa hangat, cocok sekali dinikmati di sore atau malam hari terutama di
kala cuaca dingin.
Jamu
Jun ini disajikan dalam sebuah mangkuk kecil seukuran mangkuk sekoteng dan
dimakan menggunakan sendok seng. Cukup dengan Rp 5000, kita sudah bisa
mencicipi rasa jamu Jun yang istimewa.
Walaupun
namanya menggunakan istilah jamu, minuman ini tidak seperti jamu pada umumnya.
Oya, selain rasa hangat dari bubuk merica, rasa hangat juga diperoleh dari topping berbentuk bulatan-bulatan kecil seperti kacang sukro yang disebut dengan krasikan.
Krasikan ini dibuat dari parutan kelapa, jahe parut, gula merah dan tepung ketan. Jamu Jun bisa membantu
menghangatkan tubuh dan buat temen-temen penyuka kuliner, kalo jalan-jalan ke
Semarang, jangan lupa cobain jamu Jun yah :)
Pisang Plenet
Begitu
banyak penjual makanan yang berjajar di sepanjang kawasan Semawis, saking
banyaknya saya jadi bingung mau nyicip yang mana lagi hihi.
Untung perut masih lumayan kenyang, kalo engga, mungkin semua makanan yang menarik dan menggoda hati, udah saya cicipi :) *lapar mata setengah kalap :p
Sambil
berjalan menuju arah pulang, mata kami tertuju pada sebuah gerobak yang menjual
makanan khas berupa pisang bakar yang disebut dengan nama pisang plenet.
Setelah
kami hampiri, ternyata pisang plenet ini adalah pisang bakar yang bentuk
pisangnya dibentuk menjadi pipih bulat terlebih dahulu baru kemudian dibakar di
atas bara api.
Kemudian bagian atas pisang tersebut ditaburi berbagai macam
pilihan topping seperti coklat, keju, susu dan sebagainya.
Oya, satu hal yang berkesan setelah berkunjung dari Semawis adalah ketika akan kembali pulang ke penginapan, kami kesulitan mendapatkan angkutan taksi ataupun
angkutan online.
Karena tidak ada pilihan akhirnya kami pun memutuskan
untuk naik becak saja. Dan yang berkesan, kami naik becak, satu becak
bertiga, waduhh, mudah-mudahan mamang becaknya ga 'keberatan' mesti
nganter kita bertiga, malam-malam pula.
Begitu
nyampe di penginapan, saya jadi ngerasa sedikit feeling guilty sama si
mamang becaknya, alias kasihan juga, soalnya ternyata jaraknya lumayan
jauh dan lumayan 'menantang', karena waktu itu si mamang membawa kita di
jalanan yang arahnya satu jalur *eaa.
Tapi walaupun begitu, itu adalah
salah satu pengalaman menarik yang tak terlupakan, malam-malam naik
becak bertiga di kota orang haha.
Wefie di atas becak | seru sekaligus deg-degan | abaikan gambar yang sedikit goyang karena becaknya goyang-goyang :) |
Kampung Laut, Semarang
Hari
ke dua di Semarang, saya sempat berkunjung dan makan malam di sebuah restoran
seafood bernama Kampung Laut.
Restoran Kampung Laut ini memiliki tempat parkir yang lumayan luas. Di bagian depan
terdapat sebuah toko yang menjual berbagai macam pakaian dan kain batik yang
bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.
Begitu
memasuki pintu masuk ke dalam restoran, kami disambut oleh pemandangan yang
indah dan menarik.
Karena sore itu
bertepatan dengan menjelangnya matahari terbenam (sunset) maka langit
Semarang mulai sedikit redup dan mulai diwarnai oleh temaram cahaya matahari
yang berwarna semu oranye.
Dan lampu-lampu yang mulai dinyalakan pun seakan
ikut menambah romantis suasana di kampung laut ini.
Menjelang malam, lilin-lilin mulai dinyalakan dan menambah suasana romantis di Kampung Laut |
Restoran
Kampung laut ini menawarkan konsep yang menarik, tempat makannya didesain berupa saung-saung dengan atap daun
kelapa. Para pengunjung pun bisa memilih, makan sambil duduk di atas kursi atau
sambil duduk lesehan.
Dan yang menarik, pengunjung juga bisa memancing ikan. Waktu itu saya lihat, ada beberapa orang yang sedang memancing di pinggir kolam di sekitar kawasan Kampung Laut.
Saung di atas kolam |
Dan yang menarik, pengunjung juga bisa memancing ikan. Waktu itu saya lihat, ada beberapa orang yang sedang memancing di pinggir kolam di sekitar kawasan Kampung Laut.
Seru yah, tempat nya
sangat cocok untuk dijadikan sebagai salah satu tempat tujuan wisata keluarga.
Ramai-ramai menikmati makanan laut segar sambil berekreasi menikmati suasana dan
pemandangan indah.
Salah satu spot makan di Kampung Laut yang menghadap ke arah matahari tenggelam |
Suasana malam hari di Kampung laut beneran romantis lho |
Sebenarnya masih banyak kuliner khas Semarang yang belum sempat saya cicipi, rasanya waktu berlalu begitu singkat karena saya harus segera kembali ke Bandung.
Apabila ada kesempatan di lain waktu, saya pengen banget bisa berkunjung lagi ke Semarang dan menjelajahi berbagai tempat yang menawarkan berbagai macam makanan
khas Semarang lainnya yang wajib dicicipi.
Tentunya dengan lebih banyak foto dokumentasi yang lebih menarik karena, pas jalan-jalan ke Semawis tempo hari itu, sayang sekali batere handphone saya plus power bank nya pas habis dan belum sempat di charge.
Semarang..tunggu
aku yaa :)
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya :)
Untuk menghindari Spam yang masuk, komentarnya saya moderasi dulu ya. .