Surabaya
oh Surabaya..ada apa dengan Surabaya ?
Salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh keluarga kecil seperti kami yang sering berpindah-pindah dan hanya akan tinggal di sebuah kota untuk sementara waktu adalah tempat tinggal yang sudah lengkap beserta isinya.
Dan setelah satu tahun setengah tinggal di Surabaya, pak suami dipindah tugaskan ke Bandung yang artinya kami pun akhirnya kembali ke Bandung alias pulang kampung.
Tiba-tiba
saya teringat pada kota Surabaya.
Mungkin
karena Surabaya adalah salah satu kota yang pernah saya tinggali dan meninggalkan banyak cerita
menarik yang cukup berkesan bagi saya.
Surabaya
is a city with a lot of memories :)
Patung simbol kota Surabaya |
Pertama Kali Berkunjung ke Surabaya
Pertama
kali saya datang ke Surabaya yaitu sekitar awal bulan Februari tahun 2012. Jadi ceritanya
waktu itu pak suami dipindah tugaskan dari kantor cabang di Makassar ke kantor
cabang di Surabaya, dan suami berangkat duluan menuju Surabaya. Suami ke Surabaya dan saya pun pulang ke Bandung.
Kami sepakat apabila
sudah mendapat ‘tempat tinggal’ baru di Surabaya, saya pun akan datang
menyusul.
Sekitar dua minggu di Surabaya, pak suami memberi kabar bahwa pak suami sedang sakit terkena gejala
tipes.
Sebagai istri saya pun memutuskan
untuk segera datang menyusul ke Surabaya, sekalian bersama bapak dan mamah yang
ingin ikut mengantar.
Dengan
beberapa pertimbangan, kami bertiga berangkat dari Bandung menuju Surabaya
menggunakan kereta api.
Perjalanan dari Bandung ke Surabaya menggunakan kereta
api memakan waktu sekitar 12 jam.
Jadi kami berangkat dari stasiun Bandung menuju
stasiun Gubeng, Surabaya menggunakan kereta api Mutiara Selatan dengan jam keberangkatan
sore hari yaitu sekitar pukul 16.00 dan tiba di Surabaya pada pukul 06.00 pagi.
Baca juga : Pengalaman Seru dan Tak Terlupakan Salah Naik Kereta Api dari Bandung ke Surabaya
Baca juga : Pengalaman Seru dan Tak Terlupakan Salah Naik Kereta Api dari Bandung ke Surabaya
Setiba
di Surabaya saya langsung mencicipi salah satu makanan khas kota Surabaya yaitu
lontong balap sebagai menu sarapan.
Oya, sebagai orang yang baru pertama kali
makan lontong balap saya cukup dibuat terkesima karena ternyata lontong balap
ini disajikan dengan tumpukan toge yang lumayan banyak *serasa makan sayur toge deh haha dan menu
lontong balap ini memiliki 'teman setia' yaitu sate kerang.
Disitu ada lontong balap pasti ada sate kerang | salah satu makanan khas Surabaya | photosource : inijie.com |
Tinggal di Tempat Kost
Pertama
kali tinggal di Surabaya, saya dan suami tinggal di sebuah kamar kos di daerah
Kedungsari. Sebuah kamar kos berukuran 2x2m dengan kamar mandi dalam.
Tempat
kost tersebut terletak di tengah kota Surabaya, yaitu sekitar 5 menit dari
plaza Tunjungan (salah satu mal terbesar di Surabaya).
Dan tempat kost tersebut
sengaja dipilih karena lokasinya yang memang berdekatan dengan kantor suami.
Kurang lebih satu bulan kami tinggal di kost-an tersebut,
karena kemudian saya dan suami memutuskan untuk mencari tempat tinggal baru
yang lebih layak untuk kita berdua tempati.
Tinggal Di Paviliun
Setelah
mulai sedikit ‘gerah’ tinggal di kamar kost, karena 4L (Lu lagi Lu Lagi) hihi,
Kami bersyukur karena ada seorang teman yang memberikan informasi bahwa ada
paviliun yang disewakan di daerah Gubeng, maka kami pun segera
pergi mengunjungi tempat tersebut.
Sebuah paviliun di jalan Gubeng Kertajaya dengan satu buah kamar tidur, sebuah
kamar mandi dan sebuah ruang tamu.
Pemiliknya adalah seorang ibu keturunan Arab
yang tinggal dengan dua orang anaknya. Dan setelah dirasa cocok dan sepakat
dengan harga sewa per bulannya, kami pun memutuskan untuk segera pindah ke
paviliun tersebut.
Lokasi paviliun baru kami ternyata dekat dengan Universitas
Airlangga (Unair), salah satu universitas yang terkenal di Surabaya
Memang
sedikit lebih jauh dari kantor suami tapi tak mengapa, yang penting tinggal di
paviliun sedikit lebih nyaman dibanding harus tinggal di kamar kost.
Sekitar
tiga bulan kami tinggal di paviliun tersebut, tempat dan lingkungannya cukup
nyaman, lingkungannya bersih dan mudah untuk mencari makanan.
Tapi yang disayangkan, selama tinggal disitu, saya menemukan sebuah masalah baru yang terlihat sepele namun agak rempong juga buat emak-emak yang sudah berumah tangga, yaitu kita ga punya tempat untuk menjemur pakaian nih. Haha.
Tapi yang disayangkan, selama tinggal disitu, saya menemukan sebuah masalah baru yang terlihat sepele namun agak rempong juga buat emak-emak yang sudah berumah tangga, yaitu kita ga punya tempat untuk menjemur pakaian nih. Haha.
Iya,
ternyata saya baru tahu, kalo wilayah Gubeng Kertajaya tersebut merupakan
wilayah percontohan, di mana semua gang atau jalan ditata rapi, sepanjang jalan
diberi tanaman dan para warganya sepakat untuk menerapkan peraturan tidak boleh
menaruh jemuran di depan rumah.
Dan
suatu hari sempat terjadi sebuah hal yang kurang mengenakkan antara pemilik
rumah dan warga sekitar, si ibu pemilik rumah sepertinya ditegur.
Gara-garanya
karena ketidaktahuan saya, yang pernah beberapa kali menaruh jemuran berukuran kecil
di halaman depan persis di seberang rumah, waduh.
Selama
tinggal di paviliun tersebut, saya memang memanfaatkan jasa cuci setrika yang bisa
diantar jemput tapi ada kalanya saya harus menjemur beberapa pakaian lain
seperti pakaian dalam atau handuk. Ibu pemilik paviliun sempat menawarkan untuk menjemur di tempat jemuran miliknya saja yang ada di lantai atas, tapi saya merasa
kurang nyaman.
Maka akhirnya saya dan suami pun memutuskan untuk mencari rumah kontrakkan saja, dengan berbagai pertimbangan, demi kenyamanan bersama, seperti apabila suatu waktu bapak dan mamah atau kerabat dan teman ada yang datang berkunjung ke Surabaya, maka kita akan dengan senang hati menyambut dengan mengajak mereka untuk datang berkunjung ke rumah kontrakkan kami :)
Maka akhirnya saya dan suami pun memutuskan untuk mencari rumah kontrakkan saja, dengan berbagai pertimbangan, demi kenyamanan bersama, seperti apabila suatu waktu bapak dan mamah atau kerabat dan teman ada yang datang berkunjung ke Surabaya, maka kita akan dengan senang hati menyambut dengan mengajak mereka untuk datang berkunjung ke rumah kontrakkan kami :)
Karena
pernah lho, suatu waktu bapak dan mamah datang berkunjung ke Surabaya, dan
mereka harus menginap di sebuah penginapan, khan sayang tuh uangnya, daripada
mesti ngeluarin uang buat penginapan selama 3 malam mendingan uang tersebut
dipake jalan-jalan keliling kota Surabaya plus buat beli oleh-oleh khas Surabaya yang enak-enak, kayak bandeng presto,
almond cookies dan masih banyak lagii :)
Tinggal di Rumah Kontrakan
Setelah
sempat tinggal di kost-an dan paviliun, kami pun hunting rumah kontrakkan dan akhirnya mendapatkan sebuah
rumah yang cukup nyaman dan sesuai untuk kami.
Rumah tersebut terletak di sebuah daerah bernama Semampir, nun jauh di daerah timur Surabaya.
Sebenernya ga jauh-jauh amat sih, hehe tapi memang sedikit agak jauh dari pusat kota.
Daerah
Semampir ini berdekatan dengan jalan baru (jalan Soekarno) yang terbentang lurus ke arah barat menuju daerah Rungkut.
Kabarnya sih di area tersebut akan dibangun jalan tol langsung menuju bandara Juanda. Oya, di jalan Soekarno ini ada dua tempat makan enak yang wajib coba, yaitu bebek
goreng Harissa dan Dimsum.
Disadari atau tidak, mencari tempat tinggal itu sama halnya dengan mencari jodoh lho hehe..iya, soalnya cocok-cocokan. Rumah yang kemudian kami tempati selama setahun lebih itu sebenarnya tak sengaja kami temukan.
Awalnya kami datang ke daerah tersebut untuk survey rumah kontrakkan yang diiklankan di surat kabar dan ternyata rumah-rumah
yang ada di iklan dan sudah kami tandai tersebut rata-rata berukuran besar dan tidak sesuai dengan
budget yang kami miliki.
Sampai akhirnya kami pun bertemu dengan rumah yang kami anggap sebagai "jodoh" alias rumah kedua.
.
.
Dan kami
sangat bersyukur, karena sang pemilik rumah menyewakan rumah tersebut sekalian dengan furniture dan sebagian barang kebutuhan rumah tangga lain seperti kompor, kulkas, piring dan lain-lain ..wah kebetulan sekali :)
Salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh keluarga kecil seperti kami yang sering berpindah-pindah dan hanya akan tinggal di sebuah kota untuk sementara waktu adalah tempat tinggal yang sudah lengkap beserta isinya.
Jadi kalo sewaktu-waktu
diharuskan untuk pindah ke kota lain, kita tidak mesti repot-repot bawa perabotan
atau beli barang peralatan rumah tangga baru lagi.
Dan setelah satu tahun setengah tinggal di Surabaya, pak suami dipindah tugaskan ke Bandung yang artinya kami pun akhirnya kembali ke Bandung alias pulang kampung.
Sebuah pengalaman yang tak terlupakan, tinggal berpindah-pindah dan bisa menjadi cerita di kemudian hari.
0 Comments